Minggu, 05 Agustus 2012

Emosi dalam Kaitannya dengan Islam

Kata “Emosi” mungkin sudah tidak asing lagi di dengar oleh telinga. Setiap manusia pasti memiliki Emosi, baik emosi yang positif maupun negatif. Emosi setiap orang berbeda-beda tergantung pada orang itu sendiri mengelolanya. Terkadang ada orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya sehingga menyebabkan hal-hal negatif yang tidak di inginkan. Luapan dari emosi menghasilkan ekspresi yang berbeda. Banyak penyebab orang lain meluapkan emosinya baik dari faktor internal maupun eksternal. Emosi cenderung berkaitan dengan perasaan seseorang, baik perasaan saat sedih, senang, marah, bingung, takut, dll.
Sudah lama diketahui bahwa emosi merupakan salah satu aspek berpengaruh besar terhadap sikap manusia. Bersama dengan dua aspek lainnya, yakni kognitif (daya pikir) dan konatif (psikomotorik), emosi atau yang sering disebut aspek afektif, merupakan penentu sikap, salah satu predisposisi perilaku manusia. Namun tidak banyak yang mempermasalahkan aspek emosi hingga muncul Daniel Goleman yang mengangkatnya menjadi topik utama di bukunya. Kecerdasan emosi memang bukanlah konsep baru dalam dunia psikologi. Lama sebelum Goleman di tahun 1920, E.L. Thorndike sudah mengungkap social intelligence, yaitu kemampuan mengelola hubungan antar pribadi baik pada pria maupun wanita. Thorndike percaya bahwa kecerdasan sosial merupakan syarat penting bagi keberhasilan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.

1.     Pengertian Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Kata “emosi” diturunkan dari kata bahasa Prancis, emotion, dari émouvoir, ‘kegembiraan’  dari bahasa latin emovere, dari e-(varian eks-) ‘luar’ dan movere ‘bergerak’.
Istilah emosi menurut para Ahli:
  • Daniel Goleman (1995), seorang pakar kecerdasan emosional, yang diambil dai Oxford English dictionary memaknai emosi sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat yang hebat dan meluap-liap. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderuangan untuk bertindak.
  • Chaplin (1989) dalam dictionanry of psychology, emosi adalah sebagai suatu keadaan yang terangsang dari orgaanisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku. Chaplin (1989) membedakan emosi dengan perasaan, perasaan (feelings) adalah pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat berlalu daripada suasana hati. Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa marah. Perasaan intens kemarahan tersebut mungkin datang dan pergi dengan cukup cepat tetapi ketika sedang dalam suasana hati yang buruk, seseorang dapat merasa tidak enak untuk beberapa jam.
2.     Macam-Macam Emosi
Emosi bisa dibedakan dalam nilai positif dan negatif.  Diantara keduanya terdapat nilai netral. Emosi netral adalah kategori emosi yang tidak jelas posisinya. Kadang bisa sebagai emosi positif kadang bisa sebagai emosi negatif, seperti misalnya terkejut dan heran. Emosi positif berperan dalam memicu munculnya kesejahteraan emosional (emotional well-being) dan memfasilitasi dalam pengaturan emosi negatif. Jika emosi Anda positif, maka Anda akan lebih mudah dalam mengatur emosi negatif yang tiba-tiba datang. Misalnya saat Anda sedang merasa bahagia, tiba-tiba ada yang memaki Anda, maka Anda lebih sulit untuk tersinggung. Emosi-emosi yang bernilai positif diantaranya adalah sayang, suka, cinta, bahagia, gembira, senang, dan lainnya.
Emosi negatif menghasilkan permasalahan yang mengganggu individu maupun masyarakat. Biasanya, orang menekankan pada emosi yang negatif. Anda cenderung untuk lebih memperhatikan emosi-emosi yang bernilai negatif. Misalnya sedih, marah, cemas, tersinggung, benci, jijik, muak, prasangka, takut, curiga dan sejenisnya.
3.     Fungsi Emosi
Emosi yang dialami manusia menjadikan manusia mampu menimbulkan respon berdasarkan informasi yang diterimanya. Ada 7 fungsi emosi bagi manusia :
1.      Menimbulkan respon otomatis sebagai persiapan manghadapi krisis.
2.      Menyesuaikan reaksi dengan kondisi khusus.
3.      Memotivasi tindakan yang di tunjukkan untuk pencapaian tujuan tertentu.
4.      Mengomunikasikan sebuah niat pada orang lain
5.      Meningkatkan ikatan social
6.      Mempengaruhi memori dan evaluasi suatu kejadian
7.      Meningkatkan daya ingat terhadap memori tertentu
4.     Emosi Menurut Islam
Emosi dan perasaan akan bergolak dikarenakan dua hal; kegembiraan yang memuncak dan musibah yang berat. Dalam sebuah hadist Rasulullah bersabda, “sesungguhnya aku melarang dua macam ucapan yang bodoh lagi tercela: keluhan tatkala mendapat nikmat dan umpatan tatkala mendapat musibah”.
Dan Allah berfirman,
“(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu)” (QS. Al-Hadid: 23)
Maka dari itu Rasulullah bersabda, “sesungguhnya kesabaran itu ada pada benturan yang pertama”.
Barangsiapa mampu menguasai perasaannya dalam setiap peristiwa, baik yang memilukan dan juga menggembirakan, maka dialah orang yang sejatinya memiliki kekukuhan iman dan keteguhan keyakinan. Karena itu pula, ia akan memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan dikarenakan keberhasilannya mengalahkan nafsu. Allah swt menyebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang senang bergembira dan berbangga diri. Namun menurut Allah, ketika ditimpa kesusahan manusia mudah berkeluh kesah, dan ketika mendapat kebaikan manusia sangat kikir. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Itu karena merekalah orang-orang yang mampu berdiri seimbang di antara gelombang kesedihan yang keras dan dengan luapan kegembiraan yang tinggi. Dan mereka itulah yang akan senantiasa bersyukur tatkala mendapat kesenangan dan bersabar tatkala berada dalam kesusahan.

Sumber:
Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Irwanto. 2002. Psikologi Umum. Jakarta: PT Prenhallindo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar